Rabu, 01 Februari 2012


Hujan Asam Menghancurkan Bumi

Kali ini saya pengen tentang hujan asam… abiznya karna liat ujan jadi ya tertulis lah hujan asam…. huehehe… Oiya tulisan di khususkan untuk teman saya yang beberapa hari ini berdebat mengenai kesehatan, ujung-ujungnya dia tanya tentang hujan asam, saya jawab disini yaaaa…. 



Pernah dengar hujan asam/acid rain ?, apakah itu? Bukankah hujan itu adalah air yang turun? Atau kali ini
bercampur asam, dan rasanya juga asam,kecut? Mengapa itu bisa terjadi? Apakah hujan asam itu berbahaya
bagi kehidupan di bumi?

Secara alamiah, hujan asam ”ringan” terjadi karena air hujan berreaksi dengan Karbonmonoksida (CO)
yang berada di angkasa, dan memebentuk asam lemah. Hujan asam jenis ini bermanfaat bagi bumi karena
dapat membantu melarutkan mineral-mineral di permukaan bumi, yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6.
Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara.
Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan
asam-asam kuat, mak pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2 penyebab
hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah
kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan 
lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah 
yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. 
Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari atmosfir 
ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan
pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Sejarah

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku
karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“.
Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris“.

Pada tahun 1970 US mulai mengontrol emisi SO2 dan Nox dengan peraturan pemerintah Clean Air Act.
Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri.
Pada tahun 1990 Congress menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol emisi
yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu mengurangi pengeluaran SO2
dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga merencanakan untuk mengurangi emisi Nox
hingga 5 juta ton pada tahun 2010.

Pembentukan Asam di Atmosfer

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang ada do atmosfer baik
sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan
melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.

Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia (anthropogenic) seperti
emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti
letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam
di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi
cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.
Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer,
akan membentuk asamnya.

SO2 + OH -> HSO3
HSO3 + O2 -> HO2 + SO3
SO3 + H2O -> H2SO4


Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil
(HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:

NO + HO2 -> NO2 + OH

Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara,
maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2,
maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida denan radikal hidroksil.

NO2 + OH -> HNO3

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon

NO2 + O3 -> NO3 + O2
NO2 + NO3 -> N2O5
N2O5 + H2O -> HNO3

Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya mengingat
kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah
semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi
asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk
ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon
(CFC) dan radikal oksigen O*

CFC + hv(UV) -> Cl* + produk
CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4 -> HCl + CH3

Reaksi diatas merupaka bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di stratosfer.
Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat,
32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama disebabkan
oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor
SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun.
Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara
dari berbagai sumber pencemar.

Bukti Hujan Asam di INDONESIA


Akibat hujan asam
Sumber:
Acid Rain. Hart, John. Microsoft® Student 2009. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
Isu Lingkungan Global.” Musfil A.S. Diktat PLI. Surabaya: Teknik Kimia ITS, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar