MAKALAH PARASITOLOGI
MIKOSIS
Jamur Penyebab Gangguan Kesehatan
Manusia
Ade Siti Malahayati
Ratnasih
1110095000003
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
H / 1434 M
Jamur termasuk anugrah, dan airnya sebagai
obat mata”.
(
Hadits Riwayat Bukhari )
“…. Aku mendengar Rasulullah bersabda: Kam’at (jenis jamur)
adalah bagian dari dunia jamur. Airnya adalah obat penyakit mata”
(H.R. Muslim dari Sa’id bin Zaid).
Hadis ini memberi
petunjuk bahwa jamur banyak jenisnya. Jamur tertentu dapat dijadikan obat
penyakit tertentu. Kasus ini mengandung implikasi bahwa supaya lebih banyak
lagi mempelajari aneka jenis jamur, baik dari segi sarana pengobatan, maupun
dari segi pemberantasannya ketika jamur itu membahayakan kesehatan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi
Indonesia yang merupakan daerah yang memiliki dua musim dimana suhu tropis dan
kelembapan yang tinggi memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga sering dijumpai
infeksi yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada tahun 1996-1998 merupakan
penyakit kulit yang menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit
kulit. Pada tahun 2002 penyakit
dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama
dibandingkan dengan penyakit kulit yang lain.
Jamur sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari
jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara
lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat
mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus
yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.
Sel
jamur terdiri dari dua bentuk yaitu, bentuk hifa (pseudo hypha) merupakan
bentuk vegetativ dan bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan
hidup dimana kondisi di sekitarnya sangat buruk untuk berkembang biak. Hifa ada
yang bersepta dan ada yang tidak bersepta bergantung dengan spesies daripada
jamur. Kumpulan daripada hifa disebut miselium.
Sampai
saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur, tetapi hanya 50 pesies
yang pathogen pada manusia, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies
menyerang subkutan, 18 spesies menyerang alat bantu atau sistemik.
Jamur pada
manusia hidup pada lapisan tanduk. Jamur kemudian melepaskan toksin yang bisa
menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa
berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk
simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Tergantung
pada jenis jamur yang menyerang.
1.2
Perumusan Masalah
1. Banyaknya masyarakat yang menganggap penyakit
yang disebabkan oleh jamur merupakan penyakit biasa.
2.
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur.
3. Banyaknya masyarakat yang belum bias mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh jamur.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Meningkatkan
tingkat pemahaman terkait penyakit yang disebabkan oleh jamur.
2. Memberikan
pengetahuan mengenai dampak dan bahayanya penyakit yang disebabkan oleh jamur.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum
Mikologi Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang
berarti Jamur dan Logos yang berarti Ilmu, Sehingga dapat diartikan
bahwa mikologi merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur dalam bahasa Inggris Jamur
disebut Fungi atau Fungus banyak orang juga menyebut cendawan. Fungi atau jamur adalah nama
regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang
mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam
sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali
yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Ciri-ciri jamur, merupakan sel eukariotik, berkembang
biak dengan spora secara asexual maupun sexual, tidak berklorofil, dinding sel
terdiri dari khitin dan selulosa, bersifat sebagai Saprofit. Peranan jamur
dialam ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan bagi manusia, yang bermanfaat
diantaranya adalah fermentasi alkohol, pembuatan tempe, menghasilkan
antibiotik (Penicillium notatum) dan
jamur yang bisa dimakan edible Mushrom
(Volvariella volvacea, Pleurotus ostreatus). Jamur yang merugikan
diantaranya, yang bersifat patogen pada manusia, merusak perabot,
penyakit tumbuhan.
Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk yaitu:
a. Yeast
Yest
merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval atau lonjong dengan diameter 3
– 15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual)
membentuk tunas atau budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni
merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk pseudohifa atau
klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk
pseudohifa. Contoh : Candida sp, Candida
albicans, Torulla (koloni berwarna merah atau orange), Cryptococcus
neoformans. Secara makroskopik (pada media padat SGA) koloni
jamur bentuk yeast tampak Smooth, warna krem, cembung bau seperti
ragi. Identifikasi dengan uji biokimia
b. Mold atau Kapang
Merupakan
jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk
benang-benang hifa atau filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang
membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak
bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut
Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap makanan.
Secara
makroskopik (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni
yang berserabut atau granuler koloninya tampak kasar (Rought). Identifikasi
jamur, hasil mikroskopik dan makroskopik merupakan dasar identifikasi. Contoh
:
Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.
c. Dimorfik
Merupakan
jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast jika
berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37oC, dan
berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu
ruang. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides
immitis, Blastomyces dermatidis.
Fungi memperbanyak diri secara seksual
dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara: dua hifa dari jamur berbeda
melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan
perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi
hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat
spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang
membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap
fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah.
Posisi fungi
dalam taksonomi, fungi dulu dikelompokkan sebagai
tumbuhan dalam
perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.
Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat
ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga
gagal karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti
hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel
yang tersusun dari kitin.
Fungi dapat dibedakan
menjadi 5 devisio yaitu,
Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina dan Deuteromycotina.
Fungi hidup menyerap zat organik dari
lingkunganya. Berdasarkan cara memperoleh makannya, fungi mempunyai sifat, saprofit,
parasit, dan mutualisme. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian
besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat
(terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang
hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur
juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Fungi melakukan reproduksi secara
aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan
kuncup atau tunas pada jamur uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi
miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi
multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual.
Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu
tahap plasmogami dan tahap kariogami.
2.2
Jenis infeksi
jamur kulit
a. Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak
putih, merah, atau hitam.
b.Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis
menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada
lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus
pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah
tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada
kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa
menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.
c. Ketombe (Pitiriasis Sika).
d. Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela
jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia
(keputihan), dan ruam popok.
2.3
Faktor-faktor penyebab infeksi jamur
a. Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat,
dan pakaian tak menyerap keringat.
b. Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena
kegemukan.
c. Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha
orang gemuk.
d.Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain
karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
e. Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.
f.Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi
karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.
2.4
Jenis-Jenis
Penyakit yang disebabkan oleh jamur
2.4.1
Superficial mycosis
a. Tinear
versicolor
Jamur penyebab :
Malassezia furfur
Klinis: bercak-bercak
timbul pada dada bagian atas, punggung, leher dan lengan.
b. Tinea
nigra
Jamur penyebab: Exophiala werneckii
Jamur berwarna hitam dan datar,
tidak ada reaksi inflamasi jamur ini tumbuah sangat lambat berkisar antara
bulanana atau tahuanan.
c. Piedra
dibagi dua yaitu white pierda dan black pierda
White pierda, Jamur penyebab:
Trichosporon beigelii
Black pierda, Jamur penyebab:
Pierdraia hortae
d. Keratomycosis
Jamur penyebab: Fusarium,
Aspergillus, Candida albicans, Curvularia dan Penicillium. Faktor predisposisi,
trauma, penggunaan antibiotik atau steroid. Gejala klinis, Ulcus kornea yang
kadang disertai hypopyon. Diagnosa keratomycosis biasanya dilakukan kerokan
kornea baik untuk kultur maupun untuk pemeriksaan langsung.
e. Otomycosis
Jamur penyebab: Aspergillus,
Penicillium, Mucor, Rhizopus dan Candida. Penyait pada telinga luar dan liang
telinga.
2.4.2
Subcutaneous
a. Sporotrichosis
Jamur penyebab: Jamur Sporothix schenckii
Penyakit: menyebabkan penyakit
Cutaneous Sporotichosis dan sistemik.
Ciri khas: nodule subcutan
mengikuti aliran limfe.
Jamur Sporothix schenckii merupakan
jamur difasik yang artinya mempunyai dua bentuk yaitu fase mycelium pada suhu
25-30oC dan fase yeast pada suhu 35-37oC.
b. Chromoblastomycosis
Jamur
penyebab: Fonsecaea pedrosoi, Fonsecaea compacta, Phialophora verrucosa dan
Cladosporium carrionii. Chromoblastomycosis adalah jamur yang menyerang kulit
dan jaringan subkutan yang ditandai dengan nodule verrucous atau plaque.
c. Mycetoma
Jamur penyebab: ada dua macam yaitu
jamur Eumycotic dan mikroorganisme yang mirip jamur Actinomycotic mycetoma.
Penyakit ini ditandai dengan infeksi subkutan yang membengkak seperti tumor dan
adanya sinus yang mengeluarkan nanah. Sinus ini juga enegluarkan gradule atau
granis yaitu butiran seperti pasir yang mengandung jamur atau bakteri.
d. Rhinosporidiosis
Adalah infeksi jamur yang menyerang
hidung (70%) tapi dapat juga menyerang conjunctiva, kelenjar air mata, larynx,
mucosa mulut, kulit, vagina dan rectum. Penyakit ini banyak terdapat pada
daerah tropis sedangkan mekanisme penyebarannya tidak diketahui.
Penyebab: Rhinosporidium seeberi.
e. Lobomycosis
Jamur penyebab: Loboa-loboi atau
Lacazia. Jamur ini tidak bias dikembangbiakkan dan diagnose hanya bias dengan
cara biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
2.4.3
Systemic Mycoses
a. Cryptococcosis
Jamur
penyebab: Cryptococcus neoformans.
Pemuliaan
penyakit ini hamper selalu terjadi di paru-paru, dari paru-paru dapat menyebar
melalui pembuluh darah ke organ-organ lain terutama ke central Nervous system.
b. Blastomycosis
Jamur penyebab: Blastomycoces
dermatitidis.
Ada tiga macam bentuk klinis yaitu:
Cutaneous, Pulmonary dan Sytemic.
Cutaneous: terjadi penyebaran pada
kulit, biasanya berbentuk nodule atau pustule kemudian pecah dan keluar nanah,
dapat juga berbentuk verrucous dan granulomatous. Lesi ini biasanya terjadi
pada daerah tertutup pakaian dan dapat salah diagnose dikira Squamous cell
carcinoma. Selain dikulit lesi dapat terjadi di mucosa hidung, mulut dan
larink.
c. Coccidiodomycosis
Jamur penyebab:
Coccidiodes immitis.
Ada empat macam bentuk
gambaran klinis yaitu: Pulmonary, Disseminated form, Residual pulmonary dan
Primary cutaneous. Primary cutaneous manifestasi pada kulit dapat berupa lesi
granulomatous, papula dan bentukan verrucous.
d. Paracoccidiodomycosis
Jamur penyebab:
Paracoccidiodies brasiliensis.
Mempunyai dua fase
yaitu: pada fase myselium didapatkan hyphase bersepta, mempunyai
chlamydoconidia terminal dan intercalary dan juga mempunyai microconidia.
Paracoccidiodes brasilinsis (fase yeast) tampak multiple budding sel yang
mempunyai bentuk khas seperti kemudi kapal.
e. Histoplasmosis
capsulati
Biasanya jamur ini
ditemukan di tanah yang mengandung nitrogen tinggi seperti tanah yang
terkontaminasi dengan kotoran burung hantu, merpati dana ayam.
2.4.4
Opportunistic
mycoses
a. Aspergillus
Macam-macam
aspergillus: Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger.
Aspergillus flavus: Jamur ini tumbuh baik pada suhu 37oC tetapi tidak tumbuh
pada suhu 45oC. Aspergillus fumigatus mempunyai hifa bersepta dan hifa membentuk
vesicle yang merupakan conidiophore yang membengkak.
b. Epicocum
Jamur ini mempunyai dua
macam conidia muda dan conidia mature, hifa bersepta dan mempunyai
conidiophore. Conidia mature, conidia bulat terdapat septa longitudinal dan
transversal, berwarna hitam sedangkan conidia muda, conidia bulat, tanpa
septa,halus dan berwarna hitam.
c. Glicladium
Mempunyai conidia yang
berbentuk bulat, bergerombol.
d. Syncephalastrum
Didapatkan sporangium
yang berbentuk seperti jari atau tabung.
2.5
Pemecahan
Masalah
Masyarakat
perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin
terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu
atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan
bahkan masuk ke organ dalam tubuh. Sebab itu, bila mendapati infeksi jamur maka
seseorang perlu segera diobati. Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan
antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi.
Masyarakat diharapkan berhati-hati dalam menggunakan
obat. Sebab, infeksi jamur tak bisa dianggap enteng dan tak selalu bisa diatasi
dengan pengobatan sendiri. Seluruh penyakit kulit yang ditemui, masalah infeksi
jamur ternyata tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, masyarakat diharapkan
meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap
infeksi jamur.
Pengobatan infeksi jamur dilakukan dengan
memperhatikan jenis jamur. Karenanya disarankan untuk mengobati infeksi jamur
dengan menggunakan obat antijamur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
menjaga kesehatan kulit, dengan cara menghindari bertukar handuk, baju, atau
sisir dengan orang lain, serta mandi dua kali sehari.
Daftar Pustaka
Adiguna MS. 2001. Epidemiologi Dermatomikosis dalam Dermatomikosis supertisial
kelompok studi Dermatomikosis
Indonesia.
Jakarta. BP – FKUI.
Budimulya U. 1999.
Mikosis Supertisialis dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, edisi III, Jakarta. FK-UI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Upaya kesehatan kulit dalam pedoman kerja Puskesmas jilid IV, Jakarta.
Hutabarat,
GF. 2000. Jamur penyebab omychomycosis.
Dalam Omychomycosis.. Medan. Perdoski.
Ilyas, SF, Amir, S, Amiruddin, MD. 2001. Tinjauan mengenai penyakit jamur supertisial di Indonesia dalam
majalah Dermato – Veneriologi Indonesia, hal 2.
Imam An-Nawawi, 2009. Riyadhus Shalihin, Terj.
Thariq Abdul Aziz, Jakarta: Pustaka As-sunnah.
Siregar, RS. 2002. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar