Jumat, 19 April 2013

MIKOSIS





MAKALAH PARASITOLOGI
MIKOSIS
Jamur Penyebab Gangguan Kesehatan Manusia

Ade Siti Malahayati Ratnasih
1110095000003


 






PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 H / 1434 M

 




Jamur termasuk anugrah, dan airnya sebagai obat mata”.
 ( Hadits Riwayat Bukhari )
“…. Aku mendengar Rasulullah bersabda: Kam’at (jenis jamur) adalah bagian dari dunia jamur. Airnya adalah obat penyakit mata”  
(H.R. Muslim dari Sa’id bin Zaid).

Hadis ini memberi petunjuk bahwa jamur banyak jenisnya. Jamur  tertentu dapat dijadikan obat penyakit tertentu. Kasus ini mengandung implikasi bahwa supaya lebih banyak lagi mempelajari aneka jenis jamur, baik dari segi sarana pengobatan, maupun dari segi pemberantasannya ketika jamur itu membahayakan kesehatan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kondisi Indonesia yang merupakan daerah yang memiliki dua musim dimana suhu tropis dan kelembapan yang tinggi memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga sering dijumpai infeksi yang disebabkan oleh jamur.  Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada tahun 1996-1998 merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit.  Pada tahun 2002 penyakit dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama dibandingkan dengan penyakit kulit yang lain.
Jamur sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.
            Sel jamur terdiri dari dua bentuk yaitu, bentuk hifa (pseudo hypha) merupakan bentuk vegetativ dan bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup dimana kondisi di sekitarnya sangat buruk untuk berkembang biak. Hifa ada yang bersepta dan ada yang tidak bersepta bergantung dengan spesies daripada jamur. Kumpulan daripada hifa disebut miselium.
            Sampai saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur, tetapi hanya 50 pesies yang pathogen pada manusia, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang subkutan, 18 spesies menyerang alat bantu atau sistemik.
Jamur pada manusia hidup pada lapisan tanduk. Jamur kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

1.2 Perumusan Masalah
1. Banyaknya masyarakat yang menganggap penyakit yang disebabkan oleh jamur merupakan penyakit biasa.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur.
3. Banyaknya masyarakat yang belum bias mengatasi infeksi yang disebabkan oleh jamur.

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Meningkatkan tingkat pemahaman terkait penyakit yang disebabkan oleh jamur.
2.      Memberikan pengetahuan mengenai dampak dan bahayanya penyakit yang disebabkan oleh jamur.



BAB  II
PEMBAHASAN

2.1  Gambaran Umum
Mikologi  Berasal dari bahasa Yunani  Mykes yang berarti Jamur dan  Logos yang    berarti Ilmu, Sehingga dapat diartikan bahwa mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur dalam bahasa Inggris  Jamur disebut Fungi atau Fungus  banyak orang juga menyebut cendawan.  Fungi atau jamur adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Ciri-ciri jamur, merupakan sel eukariotik, berkembang biak dengan spora secara asexual maupun sexual, tidak berklorofil, dinding sel terdiri dari khitin dan selulosa, bersifat sebagai Saprofit. Peranan jamur dialam ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan bagi manusia, yang bermanfaat diantaranya adalah fermentasi alkohol,  pembuatan tempe, menghasilkan antibiotik (Penicillium notatum) dan jamur yang bisa dimakan edible Mushrom (Volvariella volvacea, Pleurotus ostreatus). Jamur yang merugikan diantaranya, yang bersifat patogen pada manusia, merusak perabot,  penyakit tumbuhan.



Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk yaitu:
a.       Yeast
Yest merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval atau lonjong dengan diameter 3  – 15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual)  membentuk tunas atau budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk pseudohifa atau klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa. Contoh : Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarna merah atau orange), Cryptococcus neoformans. Secara makroskopik (pada media padat SGA) koloni jamur bentuk yeast tampak Smooth, warna krem, cembung bau seperti ragi. Identifikasi dengan uji biokimia
b.      Mold atau  Kapang
Merupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk benang-benang hifa atau filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat  untuk menyerap makanan.
Secara makroskopik  (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni yang berserabut atau granuler  koloninya tampak kasar (Rought). Identifikasi jamur, hasil mikroskopik dan makroskopik merupakan dasar identifikasi. Contoh :  
Aspergillus,  Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.
c.  Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37oC, dan berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis.
           
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara: dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah.
Posisi fungi dalam taksonomi, fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang tersusun dari kitin. Fungi dapat dibedakan menjadi 5 devisio yaitu, Oomycotina,  Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotina.
Fungi hidup menyerap zat organik dari lingkunganya. Berdasarkan cara memperoleh makannya, fungi mempunyai sifat, saprofit, parasit, dan mutualisme. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.

2.2    Jenis infeksi jamur kulit

a. Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.
b.Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.
c. Ketombe (Pitiriasis Sika).
d. Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia (keputihan), dan ruam popok.

2.3    Faktor-faktor penyebab infeksi jamur

a. Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.
b. Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.
c. Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
d.Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
e. Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.
f.Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.


2.4    Jenis-Jenis Penyakit yang disebabkan oleh jamur

2.4.1 Superficial mycosis
a.       Tinear versicolor
Jamur penyebab : Malassezia furfur
Klinis: bercak-bercak timbul pada dada bagian atas, punggung, leher dan lengan.
b.      Tinea nigra
Jamur penyebab: Exophiala werneckii
Jamur berwarna hitam dan datar, tidak ada reaksi inflamasi jamur ini tumbuah sangat lambat berkisar antara bulanana atau tahuanan.
c.       Piedra dibagi dua yaitu white pierda dan black pierda
White pierda, Jamur penyebab: Trichosporon beigelii
Black pierda, Jamur penyebab: Pierdraia hortae
d.      Keratomycosis
Jamur penyebab: Fusarium, Aspergillus, Candida albicans, Curvularia dan Penicillium. Faktor predisposisi, trauma, penggunaan antibiotik atau steroid. Gejala klinis, Ulcus kornea yang kadang disertai hypopyon. Diagnosa keratomycosis biasanya dilakukan kerokan kornea baik untuk kultur maupun untuk pemeriksaan langsung.
e.       Otomycosis
Jamur penyebab: Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizopus dan Candida. Penyait pada telinga luar dan liang telinga.

2.4.2        Subcutaneous
a.       Sporotrichosis
Jamur penyebab: Jamur Sporothix schenckii
Penyakit: menyebabkan penyakit Cutaneous Sporotichosis dan sistemik.
Ciri khas: nodule subcutan mengikuti aliran limfe.
Jamur Sporothix schenckii merupakan jamur difasik yang artinya mempunyai dua bentuk yaitu fase mycelium pada suhu 25-30oC dan fase yeast pada suhu 35-37oC.
b.      Chromoblastomycosis
Jamur penyebab: Fonsecaea pedrosoi, Fonsecaea compacta, Phialophora verrucosa dan Cladosporium carrionii. Chromoblastomycosis adalah jamur yang menyerang kulit dan jaringan subkutan yang ditandai dengan nodule verrucous atau plaque.
c.       Mycetoma
Jamur penyebab: ada dua macam yaitu jamur Eumycotic dan mikroorganisme yang mirip jamur Actinomycotic mycetoma. Penyakit ini ditandai dengan infeksi subkutan yang membengkak seperti tumor dan adanya sinus yang mengeluarkan nanah. Sinus ini juga enegluarkan gradule atau granis yaitu butiran seperti pasir yang mengandung jamur atau bakteri.
d.      Rhinosporidiosis
Adalah infeksi jamur yang menyerang hidung (70%) tapi dapat juga menyerang conjunctiva, kelenjar air mata, larynx, mucosa mulut, kulit, vagina dan rectum. Penyakit ini banyak terdapat pada daerah tropis sedangkan mekanisme penyebarannya tidak diketahui.
Penyebab: Rhinosporidium seeberi.
e.       Lobomycosis
Jamur penyebab: Loboa-loboi atau Lacazia. Jamur ini tidak bias dikembangbiakkan dan diagnose hanya bias dengan cara biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
2.4.3 Systemic Mycoses
a. Cryptococcosis
Jamur penyebab: Cryptococcus neoformans.
Pemuliaan penyakit ini hamper selalu terjadi di paru-paru, dari paru-paru dapat menyebar melalui pembuluh darah ke organ-organ lain terutama ke central Nervous system.
b.      Blastomycosis
Jamur penyebab: Blastomycoces dermatitidis.
Ada tiga macam bentuk klinis yaitu: Cutaneous, Pulmonary dan Sytemic.
Cutaneous: terjadi penyebaran pada kulit, biasanya berbentuk nodule atau pustule kemudian pecah dan keluar nanah, dapat juga berbentuk verrucous dan granulomatous. Lesi ini biasanya terjadi pada daerah tertutup pakaian dan dapat salah diagnose dikira Squamous cell carcinoma. Selain dikulit lesi dapat terjadi di mucosa hidung, mulut dan larink.
c.       Coccidiodomycosis
Jamur penyebab: Coccidiodes immitis.
Ada empat macam bentuk gambaran klinis yaitu: Pulmonary, Disseminated form, Residual pulmonary dan Primary cutaneous. Primary cutaneous manifestasi pada kulit dapat berupa lesi granulomatous, papula dan bentukan verrucous.
d.      Paracoccidiodomycosis
Jamur penyebab: Paracoccidiodies brasiliensis.
Mempunyai dua fase yaitu: pada fase myselium didapatkan hyphase bersepta, mempunyai chlamydoconidia terminal dan intercalary dan juga mempunyai microconidia. Paracoccidiodes brasilinsis (fase yeast) tampak multiple budding sel yang mempunyai bentuk khas seperti kemudi kapal.
e.       Histoplasmosis capsulati
Biasanya jamur ini ditemukan di tanah yang mengandung nitrogen tinggi seperti tanah yang terkontaminasi dengan kotoran burung hantu, merpati dana ayam.

2.4.4        Opportunistic mycoses
a.       Aspergillus
Macam-macam aspergillus: Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger. Aspergillus flavus: Jamur ini tumbuh baik pada suhu 37oC tetapi tidak tumbuh pada suhu 45oC. Aspergillus fumigatus mempunyai hifa bersepta dan hifa membentuk vesicle yang merupakan conidiophore yang membengkak.
b.      Epicocum
Jamur ini mempunyai dua macam conidia muda dan conidia mature, hifa bersepta dan mempunyai conidiophore. Conidia mature, conidia bulat terdapat septa longitudinal dan transversal, berwarna hitam sedangkan conidia muda, conidia bulat, tanpa septa,halus dan berwarna hitam.
c.       Glicladium
Mempunyai conidia yang berbentuk bulat, bergerombol.
d.      Syncephalastrum
Didapatkan sporangium yang berbentuk seperti jari atau tabung.


2.5              Pemecahan Masalah
Masyarakat perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan bahkan masuk ke organ dalam tubuh. Sebab itu, bila mendapati infeksi jamur maka seseorang perlu segera diobati. Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi.
Masyarakat diharapkan berhati-hati dalam menggunakan obat. Sebab, infeksi jamur tak bisa dianggap enteng dan tak selalu bisa diatasi dengan pengobatan sendiri. Seluruh penyakit kulit yang ditemui, masalah infeksi jamur ternyata tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, masyarakat diharapkan meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap infeksi jamur.
Pengobatan infeksi jamur dilakukan dengan memperhatikan jenis jamur. Karenanya disarankan untuk mengobati infeksi jamur dengan menggunakan obat antijamur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga kesehatan kulit, dengan cara menghindari bertukar handuk, baju, atau sisir dengan orang lain, serta mandi dua kali sehari.


Daftar Pustaka


Adiguna MS. 2001. Epidemiologi Dermatomikosis dalam Dermatomikosis supertisial
            kelompok studi Dermatomikosis Indonesia. Jakarta. BP – FKUI.


Budimulya U. 1999. Mikosis Supertisialis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi III, Jakarta. FK-UI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Upaya kesehatan kulit dalam pedoman  kerja Puskesmas jilid IV, Jakarta.
Hutabarat, GF. 2000. Jamur penyebab omychomycosis. Dalam Omychomycosis.. Medan. Perdoski.
Ilyas, SF,  Amir, S,  Amiruddin, MD. 2001. Tinjauan mengenai penyakit jamur supertisial di Indonesia dalam majalah Dermato – Veneriologi Indonesia, hal 2.

Imam An-Nawawi,  2009. Riyadhus Shalihin,  Terj. Thariq Abdul Aziz,  Jakarta: Pustaka As-sunnah.

Siregar, RS. 2002. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta. EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar