Pernahkah Anda Memakan “Rumput”?

Alfalfa
Tahukah Anda bahwa postur tubuh sesungguhunya lebih tergantung pada nutrisi, bukan pada genetik? Dan tahukah Anda, bahwa di abad pertengahan, postur tubuh rata-rata kaum Muslimin lebih tinggi dan kekar dari rata-rata orang-orang kafir?
Ketika tahun 711 M pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol dan mengawali 781 tahun (711-1492) kekuasaan Islam di sana, mereka tidak hanya membawa visi hidup yang baru tetapi juga banyak teknologi yang baru, antara lain di bidang pertanian. Pertanian itu menentukan makanan yang menjaga kesehatan kaum muslimin dan juga logistik untuk sarana jihadnya, yaitu kuda.
Posisi logistik dalam setiap ekspedisi jihad adalah vital. Kemenangan perang manapun sering di tentukan bukan oleh senjata atau kehebatan tempur pasukan tetapi oleh logistik yang sudah direncanakan ditaruh di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Ibaratnya, sebuah kapal induk bertenaga nuklir, tidak ada artinya bila kehabisan bahan bakar dan awaknya kelaparan.
Pada masa Thariq bin Ziyad, logistik yang menentukan adalah makanan prajurit dan pakan kuda! Jadi pada setiap pergerakan harus ada rumput bergizi tinggi yang bisa ditanam atau disediakan dengan cepat.
Karena jihad menjangkau daerah yang luas dengan waktu yang lama—bisa puluhan tahun — maka logistic berupa rumput ini juga harus bisa dihasilkan di daerah-daerah yang stratedis yang sudah dikuasai oleh pasukan Islam. Maka bagian logistik dari pasukan Islam saat itu sudah mengenal rerumputan bergizi tinggi yang sangat efektif untuk menumbuhkan kuda, tanaman bergizi tinggi inilah yang disebut alfalfa. Karena penguasaan Islam yang lama khususnya di Spanyol , teknologi menanam alfalfa ini lalu menular ke bangsa Spanyol.
Ketika 800 tahun kemudian panglima Spanyol Hernando Cortez menaklukkan bangsa Aztecs di Mexico dengan strategi perang yang menjiplak Thariq bin Ziad –membakar kapal– beserta cara membangun logistiknya dengan tanaman yang sama -alfalfa– yang diperkenalkan Islam di Spanyol selama 781 tahun! Akhirnya alfalfa terbawa ke benua Amerika. Oleh karena itu sangatlah wajar jika Amerika Serikat menjadi dominan di bidang “nutritious plants” dan pengekspor daging terbesar di dunia.
Dari mana kita membuktikan bahwa alfalfa berasal dari dunia Islam? Yang termudah adalah dari sisi bahasa! Karena peradaban Islam yang berkembang hampir 8 abad di Spanyol, Maka banyak sekali kata atau nama-nama yang berasal dari Islam—termasuk diantaranya alfalfa ini!. Keith Millier seorang warga Amerika pakar Timur Tengah menulis dalam karyanya “Arabic Words in English” (millerworlds.blogspot.com/2010/07/arabic-words-in-english.html) bahwa alfalfa berasal dari al-fisfisa, yang berarti “fresh fodder” atau pakan segar.
Dalam bahasa Spanyol maupun bahasa Inggris hingga kini tidak ada kata lain yang searti dengan alfalfa untuk nama tanaman bergizi (nutritious plants) yang dibawa dari dunia Islam 14 abad lalu itu. Maka dari nama ini tidak bisa disangkal lagi bahwa kekuatan produk pertanian terbesar ke-3 di Amerika tersebut –alfalfa– bisa dirunut berasal dari peradaban Islam.
Ironinya di dunia Islam sendiri tanaman Alfalfa ini kini nyaris tidak pernah terdengar lagi karena tidak menjadi perhatian untuk di produksi.(padahal sari alfalfa 500ml sekarang bisa mencapai 250 ribu).
Prof. DR. Zagloul Al Najjar – Fellow of Islamic Academy Science di Mesir—yang menulis lebih dari 150 mukjizat Al-Quran dan Implikasinya pada ilmu pengetahuan, menjelaskan dengan detil rantai makanan yang diungkapkan Allah dalam serangkaian Ayat di surat ’Abasa mulai dari ayat 24 tersebut diatas sampai ayat 32.
“Maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya, Sesungguhnya Kami benar-benar telah
mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan
buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu.” (Q.S.’Abasa :24-32)
Ketika professor ini membahas ayat “wa ‘inaban wa qadhban”
misalnya—yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “dan anggur dan
sayur-sayuran”-dalam bahasa Inggris diterjemahkan “and grapes and
nutritious plants” – ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
nutritious plants adalah tanaman alfalfa—yang memang sangat kaya dengan
gizi.Kalu kita melihat bahwa Alquran masih sama, masih pula dihafal oleh banyak orang tetapi dulu kaum Muslimin bisa menjadi umat dengan fisik yang kuat serta memiliki pasukan jihad yang kuat, maka apa yang hilang sehingga sekarang keunggulan kita di bidang ini tiada?
Salah satu jawabannya, karena kita sekarang tidak memiliki lagi negara yang mendorong kita menjadi umat yang unggul, tak ada lagi misi jihad untuk merahmati seluruh alam, tidak ada lagi yang membutuhkan teknologi logistik di belakangnya, sehingga juga tidak ada lagi anak-anak cerdas kaum Muslimin yang mencurahkan waktu dan pikiran untuk mempelajjarinya.
Oleh Prof Dr Ing Fahmi Amhar
(Media Umat Edisi 66, 25 Syawal—5 Dzulqaidah 1432 H/ 23 September—6 Oktober 2011 M)
Lalu bagaimana dengan kita?
Ah, sarapan saja kadang sempat kadang tidak, kemudian makan siang dirangkap dengan makan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar