Untukmu Akhwat Partner Ikhwan Sejati
Teruntuk : “Akhwat yang lembut hatinya serta yang telah meluluhkan hatiku”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wr. Wb.
“Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu meluluhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.”
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Kepadamu
kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam
yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam
hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga
Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya.
Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah
dalam segala musim dan peristiwa.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
“Sangatlah
menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi
adalah lebih menyakitkan bila mencintai seseorang tetapi tidak
memiliki keberanian untuk menyatakannya”
Mungkin kalimat di atas lebih tepat untuk melukiskan
perasaan hati yang kurasakan ini. “Entah kapan aku akan mempunyai
keberanian untuk menyatakan ini ?” itulah sebuah kalimat yang sering
terngiang dalam hati, sebuah kalimat yang selalu mengganggu perjalanan
sejarah hidupku. Keberanian adalah sebuah kata yang sangat menakutkan
bagiku ketika aku tahu bahwa aku bukanlah lelaki pemberani untuk
menyatakan bahwa aku berani dan pasti aku berani.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Aku
bukanlah seorang bijaksana yang pandai bermain kata, aku juga bukan
seorang pujangga yang pandai merangkai kata, aku hanyalah seorang
pecundang yang ingin mengungkapkan perasaan di dalam hati. Perasaan
yang selama ini selalu menghantui dan membayangi kemana angin berembus
membawaku pergi. Perasaan yang aku sendiri tidak tahu apa maksud dari
semua ini.
Ketika ku coba bertanya kepada hatiku tentang arti
perasaan ini, “wahai hati yang bijaksana, entah apa arti dari perasaan
ini ?” Hati ini hanya menjawab “tanyakan kepada dia !”, aku tidak
mengerti dengan jawaban yang hati ini berikan kepadaku. Kutanyakan
pertanyaan yang sama kepada diriku “apa arti dari perasaan ini ?”,
namun diri ini memberikan jawaban yang sama “tanyakan kepada dia !” aku
semakin bingung dengan jawaban yang diberikan diriku itu, dua kali aku
bertanya, dua kali pula aku mendapatkan jawaban yang sama. Kepada
siapa lagi aku bertanya tentang arti perasaan ini ? “kau
masih punya Yang Maha Memiliki, Yang Maha Menyayangi dan Mengasihi”
kata diriku kepadaku. Tanpa banyak kata yang terucap lagi, aku tanyakan
tentang perasaan ini kepada Dia Yang Maha Menyayangi dan Mengasihi,
“wahai Tuhan Yang Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi, apakah arti dari
perasaan yang sedang aku rasakan ini ?”, namun apa yang aku dapatkan
adalah jawaban yang sama seperti jawaban sebelumnya “tanyakan kepada
dia !”sudah tiga kali aku bertanya dan tiga jawaban yang sama aku
dapatkan. Terus kepada siapa lagi aku bertanya tentang arti dari
perasaan ini, selain kepada kamu wahai gadis yang menggetarkan hati.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Aku sekarang tahu bahwa sangatlah menyakitkan mencintai
seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi adalah lebih
menyakitkan bila mencintai tetapi tidak memiliki keberanian untuk
menyatakannya. Sekarang aku tahu bahwa aku seorang pecundang yang takut
mengungkapkan perasaan dalam hati, tapi aku tidak mau untuk selamanya
menjadi pecundang sejati, aku ingin menjadi seorang pemberani yang siap
menghadapi kenyataan meskipun itu perih untuk dihadapi.
Aku
tidak berani untuk terbang tinggi, karena aku belum mempunyai sayap
yang kuat untuk membawaku terbang tinggi dan untuk kembali menapak di
bumi. Aku berharap kau sudi untuk memberikan bulu-bulu
sayapmu kepadaku untuk memperbaiki sayapku yang telah rusak oleh badai
jiwa yang selalu berkecamuk. Karena hanya kaulah yang dapat meberikan jawaban perasaan ini.
Puji Tuhan Yang Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi, yang telah
menciptakan wanita dari tulang rusuk pria dan menjadikan mereka
pasangan yang abadi hingga ajal menjemput mereka, karen izin-Nya pula
akan dipertemukan kembali mereka di Surga yang penuh dengan cinta kasih
yang abadi.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Entah
darimana aku mulai untuk menulis dan menyusun kata-kata untuk
mengungkapkan segala perasaan yang selalu menghantuiku, perasaan yang
ada dalam hati ini, saat kau membaca surat ini anggaplah aku ada
dihadapanmu seperti seorang abdi yang sedang menghadap Ratunya.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Pertama
aku melihatmu aku tiada tahu kenapa hati ini begitu berdesir, memang,
aku bukan seorang yang mudah terkesan pada seorang gadis, tapi mengapa
aku merasa sangat terkesan dengan sikap-sipkapmu dan sepertinya hatiku
mulai condong padamu. Hatiku selalu bergetar saat bertemu denganmu dan
hati ini sangat bergetar saat mendengar namamu lalu ada perasaan halus
yang menyusup kedalam hatiku tanpa aku tahu perasaan apa itu namanya.
Mega, namamu seperti embun diwaktu shubuh pada sekuntum bunga mawar
yang sedang mekar dan menetes dalam hatiku, yang selalu kurindu setiap
pagi.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Jika
engkau menghendaki aku ingin menjadi abdimu walau Islam telah
menghapus perbudakan tapi aku rela menjadi abdimu yang selalu
menjagamu. Ukhti, menjagamu merupakan sebuah pengorbananku pada Illahi,
menjagamu merupakan jihadku dijalan Allah. Ukhti, akan kukorbankan
jiwa dan ragaku ini untuk mencintai Allah dan Rasulnya dan untuk
menjagamu karena Allah sampai akhir nanti. Dicela dan dirajam aku rela
untuk mencintaimu, bagiku dirajam sepuluh ribu kali lebih ringan
daripada harus memendam rasa cinta yang sangat menyiksa ini memang
memendam cinta itu sangat menyakitkan tapi mengasyikan "Love is Sweet
Torment " begitulah pepatah menyebutkan.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Anggaplah
aku sedang berada dihadapanmu sebagaimana seseorang sedang
mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan hatinya, ukhti, aku tiada
pernah bisa mengungkapkan perasaan ini langsung padamu jangan
mengungkapkan perasaan memandangmu pun aku tak kuasa apalagi
mengungkapkan perasaanku langsung padamu, tenggorokanku tercekat,
mulutku terkunci, hanya hati yang bisa berbicara tanpa suara. Tapi,
mungkin dengan sepucuk surat ini yang pertama kali aku buat untuk
seorang gadis bisa mengungkapkan segala perasaanku kepadamu.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Bersamamu....
Jika aku memandang langit
mengharapkan bayangan wajahmu
terurai dalam goresan semu
karena disini aku begitu merindumu
Diantara senandung langkah bumi
aku menantikan langkahmu di depan pintu hatiku
Diselimut awan putih itu
kugantungkan cinta suciku
Bilakah engkau akan bersamaku
mengarungi satu cerita dalam lautan cintaku
Bersama rembulan ku akan menjemput malammu
dengan sejuknya jiwamu....
Bila aku bukan ikhwan terbaikmu
biarkan aku mencintamu dengan segenap jiwaku
Bila aku bukan pilihan hatimu
biarlah aku mendampingimu selamanya
Biarkan aku
menjadi bagian kecil di sudut hatimu....
Biarkan....
Karena aku hanya ingin bersamamu....
seumur hidupku....
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Ingatlah
bahwa kata-kata ini bukanlah cerita narasi deskripsi, ini hanyalah
perasaan cintaku padamu namun sulit tuk ku ungkapkan, sekali lagi ku
ingin kau mengerti cinta ini derita dan kuharap kau juga merasa apa
yang kurasa tanpa banyak tanda tanya rasa ini fakta selektif bukan
posesif dan ku tak ingin berdusta ku mencintaimu Lillahi ta’ala. Cintaku padamu seperti penyembah mencintai sesembahnya.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Aku tahu kita belum saling kenal mengenal lebih dekat, tapi kalau sekedar ta’arufan itu
sudah. Aku tahu kau tak mengenalku lebih dekat seperti apa aku ini,
tapi aku sangat mengenalmu dengan jelas, kamu adalah seorang akhwat
sejati yang lembut hatinya yang tak ingin mendzalimi siapapun, karna
itulah aku sangat simpati padamu, aku ingin kiata saling berbagi satu
sama lain.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Sebenarnya
aku merasa tiada pantas sedikitpun untuk menulis ini semua, tapi rasa
cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar didalam dada dan
berdentang dalam hati yang terus memaksaku tuk unggkapkan. Aku
sebenarnya tiada pantas mencintai seorang bidadari surga, tapi apa yang
dapat diperbuat oleh makhluk dhaif seperti diriku.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Aku
sudah siap kalau seandainya aku harus terbakar oleh panasnya api cinta
yang pernah membakar Laila dan Majnun dan aku berharap bisa menjadi
seorang yang qooimin bi nafsihi wa muuqimun lil ghoirihi (tegak
atas dirinya dan mampu menegakkan orang lain, terutama isteri dan
anak-anaknya). Aku tahu kau perlu waktu untuk merenungkan apa yang aku
rasakan, tapi aku cuman minta kamu untuk istikharah dengan
begitu kamu bisa memilih yang terbaik. Insya Allah, Allah akan
memberikan pilihan yang baik untuk seorang akhwat sepertimu.
Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,
Apakah
aku salah menulis ini semua?segala yang saat ini menderu didalam hati
dan jiwa, belum pernah aku merasakan cinta pada seseorang sekuat rasa
cintaku padamu, akhwat aku tak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan
kata-kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang
bernuansa dosa semoga Allah mengampuninya.
Do'akan Allah mengampuni diriku. Afwan, atas kelancangan diriku mengirim surat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar